Sedikit tentang 'Cerita dari Digul'

Judul           : Cerita Dari Digul
Penyunting  : Pramoedya Ananta Toer
Harga           : Rp. 60.000

Nama Digul bagi angkatan muda saat ini tidak banyak dikenal apalagi kisah-kisah tentang tempat tersebut. Padahal bagi beberapa penulis dulu Digul merupakan salah satu tempat persemaian kemerdekaan, sebab beberapa tokoh perintis kemerdekaan Indonesia pernah diasingkan di tempat ini seperti Moh. Hatta dan Sjahrir. Maka terimakasih kepada Pramoedya karena telah berusaha mengumpulkan beberapa cerita dan menyunting buku ini menjadi potongan cerita Digul yang lebih mudah dikenal angkatan muda sekarang.

Awalnya, tempat pengasingan Digul (Tanahmerah) ini dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda untuk mengasingkan orang-orang merah atau diduga terlibat dalam pemberontakan PKI tahun 1926. Bahkan hukuman tersebut diberikan tanpa adanya keputusan pengadilan. Pramoedya dalam pengantarnya menilai tempat pengasingan ini adalah salah satu skandal Belanda. Karena mereka ingin membuka keasisten-residenan Belanda di Digul dengan menggunakan orang-orang yang dianggap mengancam kekuasaan Belanda serta mulai menghentikan pengasingan ke luar negeri. Tetapi awalnya Belanda merasa collapse dengan kebijakan ini sebab dengan membukanya wilayah baru berarti belum adanya fasilitas apa-apa dan pemerintah mengirim segala kebutuhan tahanan melalui kapal dari Jawa. Hingga akhirnya volksraad memutuskan untuk memulangkan sebagian tahanan yang dianggap tidak terlalu berbahaya.

Pramoedya memandang beberapa cerita dari Digul ini sebagai sejarah Bangsa maupun Bahasa Indonesia yang tidak seharusnya dilupakan. Tetapi dia hanya menyantumkan tulisan para eks-digulis yang memang pernah menjadi tahanan disana. Bahkan salah satunya adalah cerita yang mengandung unsur psikologi pertama, menurut Pram dalam sejarah sastra Indonesia sejak Sumpah Pemuda.
Sebarkan:

0 komentar:

Post a Comment